Inovasi Dosen UMMIJadi Solusi Preventif DBD Dengan Memanfaatkan Tumbuhan Lokal
Inovasi Dosen UMMIJadi Solusi Preventif DBD Dengan Memanfaatkan Tumbuhan Lokal

Inovasi Dosen UMMIJadi Solusi Preventif DBD Dengan Memanfaatkan Tumbuhan Lokal

  • Ditulis oleh administrator
  • pada Senin, 26 September 2022

Sukabumi, ummi.ac.id - Dosen dan mahasiswa/i dari tiga Program Studi Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI) yaitu Pendidikan Biologi, Kimia, dan Keperawatan melaksanakan kegiatan penyuluhan dan workshop pengabdian kepada masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit demam berdarah dengue (DBD) melalui skema Program Kemitraan Masyarakat (PKM) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi tahun 2022 di Kelurahan Karamat, Kecamatan Gunungpuyuh, Kota Sukabumi. Kegiatan penyuluhan dan workshop kali ini bertema “Bebas DBD Melalui Biolarvasida dan Potensi TOGA Kelurahan Karamat sebagai Apotek Hidup”.

Penyuluhan dan workshop yang dilaksanakan pada hari Jumat (2/9/2022) dihadiri oleh sekretaris Kelurahan Karamat, perwakilan posyandu, penggerak PKK, karang taruna, perwakilan ormas dan pejabat di lingkungan RT dan RW Kelurahan Karamat, serta perwakilan masyarakat RW 03.

Kegiatan tersebut diawali dengan pemaparan mengenai tata cara pembuatan granul biolarvasida dari tumbuhan lokal yaitu cocok bubu (Elatostema rostratum Blume Hassk) oleh Lela Lailatul Khumaisah, M.Si. “Cocok bubu ini merupakan tumbuhan endemik Sukabumi dan dapat tumbuh di berbagai tempat karena merupakan tumbuhan liar,” ujar Lela.

Beliau juga mengatakan bahwa biasanya masyarakat Sukabumi memanfaatkan seduhan tumbuhan ini untuk mengobati demam dan sakit perut. Namun, dari hasil penelitian yang dilakukannya bersama mahasiswa ternyata tumbuhan tersebut memiliki efektivitas yang baik sebagai biolarvasida terhadap larva Aedes aegypti. Seperti yang kita ketahui bahwa Aedes aegypti merupakan vektor utama penyebaran penyakit DBD. Oleh karena itu, Lela berinovasi untuk membuat produk berupa granul biolarvasida dari cocok bubu yang dapat digunakan sebagai pemutus rantai penyebaran penyakit DBD. Inovasi ini juga merupakan solusi dari permasalahan efek samping yang berbahaya dalam jangka panjang dan resistensinya penggunaan Abate di beberapa daerah di Indonesia.

Agenda tersebut dilanjutkan Billyardi Ramdhan, S.Pd., M.Si. untuk menyosialisasikan hasil temuan mahasiswa pada beberapa tanaman yang dapat berpotensi sebagai biolarvasida dan pengobatan penyakit DBD yang ditelusuri melalui kajian literatur dari hasil observasi tumbuhan obat keluarga (TOGA) di wilayah Kelurahan Karamat. Billyardi mengatakan bahwa ternyata di sekitar tempat tinggal kita banyak tumbuhan atau tanaman yang berpotensi sebagai obat termasuk DBD. Beliau juga menyebutkan beberapa masyarakat di Keluarahan Karamat sudah memelihara beberapa tanaman tersebut. “Oleh karena itu, setelah ini diharapkan masyarakat perlu menumbuhkan dan menggalakkan kembali TOGA sebagai apotek hidup bagi masyarakat itu sendiri sehingga kemandirian kesehatan yang dicanangkan pemerintah Indonesia tidak hanya sekadar wacana saja, tetapi dapat terealisasi khususnya di Keluarahan Karamat,” tutup Billy.

Kegiatan diakhiri dengan diskusi dan foto bersama antara peserta dan apparat pemerintahan yang hadir dengan tim pengabdi.